Peneliti Senior di Southeast Asian Food and Agriculture and Technology (Seafast) Center IPB University, Prof Ratih Dewanti Hariyadi menyebut, 10 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia masih memiliki kualitas air yang buruk.
Melihat banyaknya provinsi yang masih mempunyai indeks kualitas air yang buruk, hal itu menandakan bahwa ketersediaan air di Indonesia masih tidak merata. Salah contoh, Pulau Jawa hanya mempunyai ketersediaan air 5,9 persen untuk mencukupi 56,5 persen dari keseluruhan populasi.
Pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga” adalah kondisi yang menggambarkan Indonesia saat ini. Selain memiliki masalah kualitas air bersih buruk, Indonesia juga dihadapkan dengan krisis sumber air bersih.
Pendiri Indonesia Water Institute (IWI) sekaligus Staf Ahli Kementerian PUPR Bidang ESDM Firdaus Ali menyatakan, Indonesia saat ini tengah mengalami permasalahan air minum bersih karena terbatasnya sumber air untuk air bersih yang bisa dialirkan melalui perpipaan.
Melihat ragam permasalahan air bersih yang dihadapi Indonesia, hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah untuk memikirkan strategi jangka panjang bagi pemerintah di setiap level, mulai dari pusat sampai daerah, demi terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi masyarakat Indonesia.
Salah satu solusi yang diterapkan pemerintah, yakni bisa dengan memperbanyak sumber air bersih di setiap daerah agar bisa dibangun jaringan pipa yang sampai ke setiap rumah warga.
Mengingat air pipa bisa terbebas dari pencemaran dan kualitasnya lebih terjamin, karena terdapat alat pendeteksi yang mengecek kualitas air yang disalurkan. Serta, masyarakat juga bisa terus mendapatkannya sekalipun musim kemarau tiba tanpa perlu mengantri bantuan air yang diberikan pemerintah.
