Sejarah Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Jakarta

Sejarah Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Jakarta
Sejarah Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Jakarta
Sejarah Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Jakarta
Sejarah Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Jakarta

Dulu Jakarta masih kekurangan air bersih karena belum tersedia fasilitas Instalasi Pengolahan Air (IPA) untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi warganya. Masyarakat Jakarta masih memanfaatkan air tanah dan sungai yang saat itu kondisinya masih jernih. 

Masalah juga tidak terlalu kompleks karena jumlah penduduk Jakarta belum mencapai jutaan jiwa. Sekarang, ketika penduduknya hampir mencapai 11 juta jiwa, isu kesulitan air bersih semakin memanas.

Cerita mengenai Jakarta kekurangan air bersih mungkin tidak akan ada habisnya. Sejak Jakarta menjadi kota pelabuhan untuk berdagang sampai sekarang berubah status menjadi ibu kota negara.  

Sebuah paradoks memang jika dilihat dari kondisi topografinya, Jakarta tidak mungkin kekurangan air. Ibu Kota Indonesia ini dialiri 13 sungai, terletak di dataran rendah, dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Bahkan, jika musim hujan tiba Jakarta selalu kebanjiran.

Tercatat dalam sejarah sekitar tahun 1950, Gubernur Provinsi DKI Jakarta kala itu, Sjamsuridjal menyatakan air minum merupakan satu dari tiga masalah penting yang dihadapi Jakarta. 

Baca Juga : WASH Bantu Tingkatkan Sanitasi

Solusi yang ditawarkan Sjamsuridjal yakni membangun instalasi penjernihan air di kawasan Karet. Bagi penduduk yang belum terjangkau fasilitas air bersih, disediakan 230 hidran untuk umum. Saat itu Jakarta masih mengandalkan pasokan air bersih dari mata air Ciburial, Bogor.

Kapasitas pelayanan dari mata air Ciburial dengan kapasitas 500 liter per detik yang dibangun pada zaman kolonial Belanda nyatanya  dinilai tidak dapat mencukupi kebutuhan air bersih untuk warga Jakarta.

Artikel Lainnya  Jakarta Krisis Air Bersih, Ini Hal yang Perlu Dilakukan!