Masalah Jakarta Kekurangan Air Bersih Tidak Ada Habisnya

Masalah Jakarta Kekurangan Air Bersih Tidak Ada Habisnya
Masalah Jakarta Kekurangan Air Bersih Tidak Ada Habisnya

Solusinya, pemerintah membangun instalasi penjernihan air di Karet untuk menambah kapasitas produksi air sebanyak 5.000 liter per detik dan meningkatkan debit air dari sumber air Ciomas, Bogor.

Bagi penduduk yang belum terjangkau fasilitas air bersih disediakan 230 hidran umum.

Tujuh tahun kemudian, Sudiro, yang saat itu memimpin Jakarta, membangun instalasi pengolahan air di Pejompongan yang berkapasitas 2.000 liter per detik.

Proyek tersebut merupakan instalasi penyedia air yang pertama di Jakarta.

Akan tetapi, tetap saja kapasitas produksi yang dihasilkan kurang karena setidaknya harus melayani sekitar 2,5 juta jiwa penduduk.

Baru pada tahun 1970, ketika penduduk Jakarta mencapai 4,4 juta jiwa, IPA di Pejompongan diperluas dan kapasitasnya ditingkatkan.

IPA Pejompongan II dibangun dengan kapasitas terpasang 3.600 liter per detik.

Namun, tetap saja hal itu tidak bisa memenuhi kebutuhan air minum warga Jakarta yang membutuhkan 776.000 meter kubik per hari.

Warga yang belum bisa menikmati fasilitas air bersih dari PAM harus mendapatkan dari air tanah, penampungan air hujan, dan membeli air dari penjual air keliling.

Mereka yang bisa menikmati kejernihan air hanya masyarakat menengah ke atas karena harga air minum mahal.

Masalah tidak berhenti pada peningkatan produksi air minum saja. Jaringan pipa distribusi air minum sudah berumur 50 tahun perlu diganti.

Banyak pipa yang bocor dan berkarat yang mengakibatkan tekanan air berkurang.

Kemudian, pemerintah memperbaiki dan menambah pipa-pipa distribusi sepanjang 225 kilometer.