AIRKAMI.ID, Dampak kemarau panjang di Jakarta tahun ini sungguh dirasakan warga Jakarta. Bukan hanya cuaca yang bisa mencapai 37 derajat Celcius atau bahkan lebih, namun juga krisis air di beberapa wilayah Ibu Kota.
Dampak kemarau panjang di beberapa wilayah Jakarta membuat kondisi saat ini sulit akan air bersih.
Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin dalam keterangan tertulis menyatakan, kemarau panjang mengakibatkan krisis air bersih di wilayah Jakarta.
Selain Pegadungan, wilayah di Jakarta yang mengalami kekurangan air bersih, adalah Penjaringan (Jakarta Utara), Pejagalan (Jakarta Utara), dan Pluit (Jakarta Utara).
Kemudian Kapuk (Jakarta Utara), Kalideres (Jakarta Barat), Rawa Buaya (Jakarta Barat), Cengkareng Barat (Jakarta Barat), Cengkareng Timur (Jakarta Barat), Semanan (Jakarta Barat), Duri Kosambi (Jakarta Barat), Wijaya Kusuma (Jakarta Barat), Jelambar Baru (Jakarta Barat), Kapuk Muara (Jakarta Utara), Tegal Alur (Jakarta Barat), Kamal (Jakarta Barat), dan Kamal Muara (Jakarta Utara).
Kepala Seksi Pengendalian dan Penyediaan Air Bersih Dinas Sumber Daya Air (SDA) Pemprov DKI Jakarta, Glenn Santista, mengatakan bahwa pihaknya berkoordinasi dengan PAM Jaya untuk menyediakan air bersih bagi warga menggunakan mobil tangki untuk disalurkan ke setiap daerah yang terkendala air bersih.
Jakarta sesungguhnya tidak mempunyai riwayat kekurangan air, mengingat ada 13 sungai yang membelah Jakarta sepanjang tahun, termasuk Sungai Ciliwung, yang paling besar.
Hanya sayangnya, air yang melimpah ini tidak mungkin dijadikan sebagai sumber air bersih bagi PAM Jaya. Kendalanya adalah tidak memenuhi baku mutu akibat pencemaran, ditambah dengan kerusakan daerah hulu Sungai Ciliwung daerah Bogor.
Jika serius ingin mengatasi krisis air di Jakarta, pemerintah harus membenahi setiap sungai yang ada di Jakarta, terutama Sungai Ciliwung. Paling tidak, Sungai Ciliwung dulu dibersihkan dan diupayakan bagaimana caranya mengurangi atau bahkan menghindari terjadinya pencemaran, agar airnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.