AIRKAMI.ID, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan proporsi rumah tangga terhadap akses air minum memadai secara nasional pada 2022 masih di bawah 50 persen, yakni 44,94 persen.
Melihat rendahnya akses air minum ini tentu menjadi perhatian pemerintah. Menindaklanjuti hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan bahwa pemenuhan kebutuhan air minum ini menjadi salah satu prioritas utama setelah sanitasi.
Namun demikian, capaian proporsi rumah tangga terhadap akses air minum pada 2022 meningkat jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya yaitu 43,81 persen pada 2021 dan 42,31 persen pada 2020.
Bila dirinci lebih jauh, Kalimantan Timur menjadi provinsi dengan proporsi rumah tangga terhadap akses air minum terendah dengan 16,52 persen. Sementara itu, salah satu provinsi dengan proporsi akses air minum memadai terendah yaitu DKI Jakarta.
View this post on Instagram
Akses pada layanan air minum merujuk pada air minum yang berasal dari sumber air baik. Sumber air ini harus tersedia dengan rentang waktu pengambilan tidak lebih dari 30 menit pergi-pulang (PP) termasuk waktu antrean. Salah satu sumber air yang baik adalah air bersih perpipaan yang dikelola oleh Perusahaan Air Minum (PAM).
Seiring dengan maraknya pencemaran dan kerusakan lingkungan, misalnya penurunan muka tanah seperti yang terjadi di Jakarta, penggunaan air tanah oleh masyarakat sudah seharusnya dihentikan dan dialihkan kepada air bersih perpipaan.
Maka dari itu, pemerintah daerah di seluruh Indonesia harus memperkuat fungsi PDAM setempat agar bisa melakukan manajemen pengelolaan air yang baik.
Selain itu tindakan yang tak kalah penting adalah, PDAM seharusnya mampu memperluas cakupan layanan hingga 100 persen melalui pipanisasi sehingga angka akses air minum memadai secara nasional dapat ditingkatkan.
