Air PDAM Mati, Namun Warga Wajib Bayar Denda

Air PDAM Mati, Namun Warga Wajib Bayar Denda
Air PDAM Mati, Namun Warga Wajib Bayar Denda

Air PDAM mati namun warga wajib bayar denda – Sebanyak empat RT di Kampung Baru Kubur Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, mengalami krisis air.

Warga mengeluh soal tagihan dan denda yang harus terus dibayarkan meski sudah tiga bulan lebih air PDAM tidak mengalir. 

Krisis air terjadi di RT 004, RT 005, RT 006, dan RT 007 di RW 015 kampung tersebut. Air di rumah mereka mati dan mengalir pada jam tertentu dengan volume sedikit. Saat air mengalir, kondisinya pun beragam, terkadang bersih, tapi lebih sering berbau busuk.

Emil, ibu rumah tangga warga RT 07 Kampung Baru Kubur, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, mengaku kerap kali membayar tagihan air dalam sebulan sekitar Rp 200.000.

“Kalau telat (bayar tagihan), lewat sehari dendanya Rp 35.000. Dendanya saja,” kata Emil ketika ditemui, Kamis (6/1/2021).

Saat ini, bebannya pun makin bertambah karena dia harus mengeluarkan biaya untuk membeli air galon isi ulang sebagai pengganti.

“Paling kami beli air isi ulang saja. Sehari bisa 10 galon dengan biaya di luar biaya bulanan (untuk) Palyja. Satu galonnya Rp 6.000,” kata Emil.

Akibatnya, Emil pun harus merogoh kocek hingga Rp 50.000 ke atas dalam sehari hanya untuk memenuhi kebutuhan air saja.

Dia pun merasa tambahan itu sangat memberatkan, apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 yang semuanya serba naik.

In Nyo, warga RT 007 mengeluhkan bahwa air yang berbulan-bulan krisis di rumahnya itu kerap kali berbau jika mengalir.

“Airnya enggak pernah keluar, sekalinya keluar, bau bangkai. Masa airnya bau bangkai. Bingung saya juga,” ujar In Nyo saat ditemui di rumahnya, Kamis (6/1/2022).

Artikel Lainnya  Imbas Kemarau Panjang, Banyak Desa di Bogor Krisis Air Bersih

Dia mengatakan, banyak pekerjaan rumah tangganya yang terbengkalai akibat krisis air tersebut. Terlebih lagi, di rumahnya juga sedang ada orang yang sakit.

Baca Juga: Manfaat Buah dan Sayur Dicuci dengan Air Bersih

In Nyo dan tetangganya terpaksa harus membeli air galon atau air pikul dari pedagang air keliling untuk memenuhi kebutuhan mereka.

“Jadi harus beli segalon Rp 6.000, sedangkan tagihan bayar terus tapi airnya enggak ada,” kata dia.

Hal senada disampaikan Napsiah. Ketua RT 05 ini juga mengeluhkan biaya yang semakin besar akibat krisis air di wilayahnya.

Warga berharap agar Palyja dapat segera memberi bantuan air untuk kebutuhan sehari-hari warga.

Semoga saja pihak Palyja mau mendengarkan keluhan warga Jakarta Utara dan sekaligus mencarikan jalan keluarnya.