Waduh! Jawa sampai Nusa Tenggara Mulai Krisis Air Bersih

Waduh! Jawa sampai Nusa Tenggara Mulai Krisis Air Bersih
Waduh! Jawa sampai Nusa Tenggara Mulai Krisis Air Bersih

Guru Besar Fakultas Teknik UGM, Prof. Sunjoto Kusumosanyoto mengatakan sejumlah daerah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mulai mengalami krisis air bersih.
Kondisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1980-an sampai sekarang, hal ini memerlukan upaya penanganan sesegera mungkin untuk memastikan ketersediaan air bagi generasi mendatang.

Prof. Sunjoto memaparkan ketersediaan air yang dimaksud adalah kebutuhan air untuk hidup. Di Indonesia jumlahnya dihitung sekitar 1.500-2.000 Liter per hari per kapita.
Kebutuhan ini tidak hanya mencakup kebutuhan air domestik rumah tangga untuk makan, minum, mandi, dan mencuci. Namun juga kebutuhan lainnya, misalnya untuk pertanian dan peternakan sebagai industri penyedia sumber makanan.
Prof. Sunjoto mengungkapkan banyak masyarakat belum memahami kondisi ini karena masih memperoleh akses terhadap air bersih sepanjang tahun. Tapi beberapa masyarakat yang tinggal di daerah tertentu, seperti Nusa Tenggara, sudah mulai merasakan kesulitan untuk mendapatkan air saat memasuki musim kemarau.
Dia juga menyebut, salah satu faktor yang menyebabkan menipisnya ketersediaan air bersih di Indonesia adalah masifnya penggunaan air tanah di beberapa wilayah, salah satunya yaitu Jakarta.
Padahal cadangan air di bawah tanah sudah sangat menipis dan air yang sekarang dinikmati oleh masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, sesungguhnya adalah cadangan air yang seharusnya diperuntukkan bagi generasi mendatang.
Tidak mudah untuk mengubah kondisi defisit air menjadi surplus. Namun demikian, berbagai upaya untuk membuat Indonesia menjadi negara surplus air tetap perlu dilakukan. Pemerintah ataupun masyarakat bisa mengambil bagian dalam upaya ini melalui berbagai cara, yaitu vegetatif maupun konstruktif.
Cara vegetatif yaitu penghutanan kembali pada area yang berstatus hutan agar tanah bisa menyerap air hujan. Cara ini perlu dilakukan, mengingat secara fungsi banyak hutan yang telah ditebang untuk keperluan ekonomi.

Cara selanjutnya yaitu konstruktif, yakni membangun jaringan air pipa dengan air baku yang berasal dari air permukaan. Ini penting sekali dilakukan untuk memastikan akses air bersih bagi warga tetap mengalir, sekaligus menghentikan penggunaan air tanah yang persediaannya semakin menipis setiap tahun.