Di beberapa daerah di Indonesia, biasanya orang-orang tua masih sering berkata air ledeng untuk menyebut air bersih perpipaan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Seperti misalnya masyarakat di Kota Tegal, yang menyebut air pipa dari PDAM dengan sebutan Banyu Ledeng.
Ternyata, penyebutan kata “ledeng” berkaitan dengan sejarah masa kolonial Belanda. Di era 1900-an pemerintah kolonial Belanda memulai menyalurkan air bersih melalui pipa. Pembangunan pipa-pipa besar itu dilakukan antara tahun 1920-1923. Pipa air itu biasa disebut sebagai waterleiding.
View this post on Instagram
Dalam bahasa Belanda, leiding artinya saluran atau pipa, sementara water artinya air, jadi waterleiding berarti saluran air. Pipa-pipa saluran air berukuran besar ini nantinya jadi cikal-bakal munculnya nama ledeng di kawasan tersebut.
Namun terjadi pergeseran nama menjadi ledeng karena masyarakat sulit mengucapkan leiding. Berawal dari situlah asal usul istilah ledeng muncul, yang biasanya merujuk pada air pipa.
Di Kota Tegal masih ada bangunan menara air atau waterleideng, sebagai bukti peninggalan Belanda yang telah menyediakan suplai air bersih bagi masyarakat Kota Tegal saat itu.
Berdasarkan buku Profil Bangunan Cagar Budaya Kota Tegal, bangunan tersebut diresmikan pada tahun 1931. Berdiri tegak menjulang ke langit, bangunan ini mirip Menara Pisa dan persis di atas pintu menara ini tertulis Anno 1931.
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 sampai dengan 1945 bangunan ini tetap berfungsi sebagai menara air bersih dengan nama Suwindo yang artinya pipa air.
Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini menjadi bagian dari perusahaan Saluran Air Minum (SAM), hingga pada tahun 1975 berganti menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sampai sekarang.
Tidak terkecuali di Jakarta, bahwa cikal bakal PAM Jaya adalah perusahaan air minum milik Pemerintah Hindia Belanda yang bernama Gementeestaat-water leidengen van Batavia.
Jadi ledeng adalah pengucapan lidah masyarakat untuk kata dari bahasa Belanda leiding, yang berarti pipa atau saluran.
