Jakarta Siap Hadapi Krisis Air, Ini Saran Pakar..

Jakarta Siap Hadapi Krisis Air, Ini Saran Pakar
Jakarta Siap Hadapi Krisis Air, Ini Saran Pakar

Jakarta Siap Hadapi Krisis Air – Pemprov DKI Jakarta harus mampu menjalankan kebijakan struktural dan sistematis terhadap penggunaan air untuk mengatasi masalah krisis air ketika musim kemarau. Bukan hanya sekedar menghimbau warga Jakarta untuk menghemat air.

Pakar Hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Pramono Hadi mengatakan bahwa, sejauh ini program yang dikerjakan oleh Pemprov DKI Jakarta hanya pengendalian banjir, bukan penyimpanan air di musim kemarau.

Menurut Pramono, dampak dari tidak adanya persiapan Pemprov DKI Jakarta menghadapi musim kemarau adalah krisis air bersih. Walaupun Pemprov DKI Jakarta akan membuat tim khusus untuk krisis air bersih, tetapi Pramono melihat langkah tersebut sebagai langkah darurat.

Seluruh infrastruktur di DKI Jakarta konteksnya untuk mengendalikan banjir bukan untuk menyediakan sumber air. Dan itu akan senantiasa berulang, cost-nya pun akan tinggi apabila kebijakan tetap seperti ini.

Pramono mengungkapkan bahwa menyusun program dan kebijakan penanganan air tidak hanya dilakukan oleh DKI Jakarta. Sebagai daerah hulu, Pemprov DKI Jakarta harus melakukan koordinasi dengan daerah hulu lain agar membangun tandon atau penampungan air yang sifatnya multifungsi.

Tandon itu bisa mengendalikan debit air yang mengalir ke daerah hulu supaya tidak menyebabkan banjir saat musim hujan. Sementara ketika musim kemarau, cadangan air bisa digunakan Pemprov DKI Jakarta untuk mencegah krisis air.

Pramono menolak anggapan bahwa Jakarta sebagai daratan hulu mempunyai stok air berlebih khususnya ketika musim hujan. Menurut Pramono, air yang masuk ke tanah selama musim hujan, tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan air warga Jakarta.

Baca Juga: Siap Hadapi Musim Kemarau, Ini Wilayah Jakarta sering Krisis Air Bersih

Satu orang per hari di Jakarta memerlukan air sebanyak 100-150 liter. Apabila jumlah ini dipenuhi dari air tanah, persoalan lain yang lebih besar akan muncul yakni penurunan muka tanah atau land subsidence.

Artikel Lainnya  Konservasi Air Tanah Jakarta

Jakarta itu kebutuhan airnya besar sekali, mungkin sekitar 25-35 meter kubik per detik. Selama ini, kurang lebih 10 meter kubik per detik itu disuplai dari Bendungan Jati Luhur, sementara sisanya dipenuhi dari sumber lainnya. Kalau sumber yang lain mengering tentu saja tidak bisa apa-apa.

Jadi strategi besar yang harus dijalankan oleh Pemprov DKI Jakarta selain mengendalikan banjir adalah melakukan penyimpanan air selama musim hujan untuk diolah terlebih dahulu oleh PAM Jaya sebelum digunakan saat musim kemarau.