AIRKAMI.ID, Banjir merupakan sebuah episode yang tidak dapat dipisahkan dalam kisah hidup banyak warga Jakarta. Kenapa demikian? Hal tersebut lantaran hampir setiap tahun saat musim hujan warga Jakarta selalu mengalami banjir.
Dalam beberapa pekan terakhir, suara langit Jakarta kembali bergemuruh pertanda hujan akan segera turun. Sedangkan angin yang berhembus seperti membawa pesan bahwa musim hujan sudah tiba.
Saat itulah, warga Jakarta harus bersiap menghadapi banjir. Seperti yang dikatakan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, “Jakarta tidak bisa terhindar dari banjir”.
Posisi geografisnya memang menjadikan Jakarta rentan akan banjir. Letaknya berada pada dataran rendah antara hulu sungai dan pesisir.
Mengetahui faktor penyebab banjir di Jakarta merupakan tindakan penting, agar dapat dilakukan upaya pencegahan di kemudian hari.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Penurunan Permukaan Tanah
Saat ini, masih ada 35 persen warga Jakarta menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Dampaknya, tinggi muka air tanah di Jakarta semakin dangkal dan kapasitas simpan air menjadi lebih rendah.
Melihat permasalahan tersebut, peningkatan cakupan layanan air bersih perpipaan 100 persen menjadi keharusan bagi Jakarta. Bukan hanya untuk mencegah krisis air bersih, namun juga untuk mencegah banjir.
View this post on Instagram
- Minimnya Kawasan Resapan Air
Kurangnya ruang terbuka hijau menjadikan kawasan resapan air berkurang sehingga mengakibatkan banjir. Bahkan, pembangunan gedung di wilayah Jakarta telah memicu berkurangnya daerah resapan air.
Oleh sebab itu, pembangunan gedung di Jakarta harus mempertimbangkan faktor adanya ruang terbuka hijau agar air dapat segera meresap ke dalam tanah, tidak menggenang sebagai banjir.
- Membuang Sampah Sembarangan
Jika kebiasaan membuang sampah secara sembarangan ini tidak diubah, maka banjir akan terus menyambangi Jakarta dan sekitarnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdapat sekitar 7 ribu ton sampah yang dibuang di Sungai Ciliwung setiap harinya. Dari 7.000 ton ini, hanya 75 persen sampah yang dapat diangkut. Sedangkan, 180 ton sisanya mengendap dan mencemari sungai.