Akses air bersih yang baik menjadi kunci turunkan angka Stunting di Indonesia
Akses air bersih di kawasan pedesaan Indonesia masih memiliki banyak permasalahan. Seperti Desa Setabai, Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat yang mempunyai kasus stunting lumayan tinggi akibat akses air bersih belum begitu baik.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kurang dari 80 persen penduduk Indonesia masih belum mempunyai akses terhadap layanan sumber air minum yang layak.
Kondisi seperti ini secara tidak langsung bisa mempengaruhi asupan gizi anak, sehingga mengakibatkan anak sering sakit dan tidak mampu menyerap asupan nutrisi dengan optimal.
Hal tersebut bisa mengakibatkan kekurangan gizi kronis pada anak atau stunting. Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kabupaten Kapuas Hulu, Sudarso mengungkapkan, pada tahun 2019 kasus stunting di kabupaten tersebut mencapai 32 persen, di atas rata-rata tingkat provinsi.
Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi yang mengalami prevalensi stunting yang tinggi di Indonesia di angka 30 persen. Pemerintah Daerah Kalimantan Barat mempunyai target untuk menurunkan angka tersebut menjadi 17 persen di 2024.
Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 pada 5 Agustus 2021 tentang percepatan penurunan stunting dan sebagai dasar hukum pelaksanaan program percepatan.
Agar program tersebut bisa berhasil, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga telah menyusun rencana aksi nasional percepatan penurunan angka stunting sebagai turunan Perpres.
Melihat rencana pemerintah dalam menurunkan angka stunting, sebagai pihak yang bertanggung jawab sudah seharusnya Pemkab Kapuas Hulu dan juga Pemprov Kalimantan Barat membangun jaringan akses air bersih perpipaan yang sampai ke setiap rumah warga agar mereka bisa dengan mudah mendapatkan akses air bersih.
Akses air bersih yang aman dan perbaikan gizi diyakini akan dapat menurunkan angka stunting baik di Kabupaten Kapuas Hulu, bahkan juga di tingkat nasional.
