Survei kualitas air minum yang dilakukan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mendapati 82 persen air minum rumah tangga di Indonesia tercemar bakteri E.Coli.
Direktur Perumahan dan Pemukiman Kementerian PPN/ Bappenas Tri Dewi Virgiyanti mengatakan bahwa air minum yang memenuhi syarat kesehatan yang layak di Indonesia hanya 17 persen. Jika parameter ‘aman’ dimasukkan, maka angkanya makin mengecil, hanya sebesar 12 persen.
Air minum aman dapat dilihat dari beberapa hal, yakni sumbernya layak, kuantitas mencukupi, serta kualitas yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan peraturan menteri kesehatan. Berdasarkan kategori tersebut, terlihat jelas air tanah akan sulit untuk memenuhi kualitas air minum aman karena lebih mudah tercemar bakteri E.Coli. .
Demi memenuhi air minum aman dan siap untuk dikonsumsi, air minum perpipaan dapat dikatakan paling mungkin digunakan dalam memenuhi kriteria air minum ‘aman’, apabila mengacu pada peraturan Kementerian Kesehatan. Mengingat air pipa akan terjaga kualitasnya karena terhindar dari masuknya pasir, kerikil, dan zat padat berbahaya lain dalam air yang akan dikonsumsi.
Saat ini, air minum perpipaan di seluruh Indonesia hanya 20,7 persen. Sedangkan sisanya 70 persen lebih merupakan air minum yang diupayakan sendiri oleh masyarakat seperti air tanah, sumur bor, tadah hujan, mata air dan lainnya.
Baca Juga : Jakarta Diprediksi Defisit Air Bersih Pada 2030
Melihat fakta masih rendahnya akses air minum nasional melalui jaringan air pipa, seharusnya bisa menjadi perhatian lebih dari pemangku kepentingan di semua kalangan. Masyarakat tidak bisa terus-menerus menggunakan air tanah untuk kebutuhan rumah tangga, karena berpotensi tercemar bakteri E-Coli.
Pemerintah harus dapat meningkatkan air minum perpipaan, agar masyarakat dapat mengonsumsi air bersih yang aman dan tanpa perlu khawatir tercemar bakteri E.Coli yang dapat mengganggu kesehatan.
