AIRKAMI.ID, Tidak jauh dari Istana Negara, terdapat wilayah di pesisir utara Jakarta yang masih mengalami kesulitan untuk memperoleh air bersih.
Warga di Kampung Pojok dan Kampung Gedong Pompa, Penjaringan, Jakarta Utara telah lebih dari dua dekade hidup tanpa akses air bersih yang memadai.
Terbatasnya fasilitas aliran air menjadi permasalahan utama, pada akhirnya mengakibatkan 800 kepala keluarga di kampung tersebut tidak mendapatkan akses air bersih selama puluhan tahun sampai menjadi hal yang seolah-olah lumrah bagi para warga.
Untuk menghadapi krisis tersebut, para warga harus membeli air bersih baik untuk keperluan mencuci, mandi maupun untuk keperluan konsumsi sehari-hari.
Terkadang jika cuaca mendukung, para warga juga berinisiatif untuk menampung air hujan dengan menggunakan drum plastik yang diletakkan berjajar di depan rumah masing-masing.
Ida, salah satu warga setempat mengatakan lumayan kalau terjadi hujan, sedikit tertolong, airnya bisa ditampung buat mencuci atau mandi, sehingga tinggal membeli yang buat minum.
Sejak tahun 1990-an sampai awal 2000, ketika penjual air bersih masih belum sebanyak sekarang, beberapa warga bahkan tidak bisa mandi rutin setiap hari karena kesulitan memperoleh air.
Air bersih yang dibeli oleh warga ditampung di dalam toren, kemudian dialirkan ke rumah melalui selang atau membeli dari penjual air bersih pikulan.
Untuk mengisi satu drum plastik, warga harus mengeluarkan uang rata-rata sebesar Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu. Mirisnya, pemakaian air tersebut hanya bertahan selama dua hari untuk dipakai kebutuhan sehari-hari.
Dalam satu bulan warga bisa keluar uang ratusan ribu sampai sejutaan kalau sama air yang buat minum. Lebih mahal biaya air daripada biaya ngontrak rumahnya, ujar Wati sambil tersenyum pahit.
Namun kini, ada harapan bagi warga pesisir Jakarta yang selama ini belum menikmati akses air bersih, termasuk Kampung Pojok dan Kampung Gedong Pompa karena PAM Jaya akan melakukan pipanisasi guna meningkatkan cakupan layanan air bersih menjadi 100 persen di Jakarta.
