Jumlah ketersediaan air bersih yang dimiliki Indonesia menjadi yang terendah di antara negara-negara ASEAN. Hal inilah yang menyebabkan beberapa wilayah mengalami krisis lokal air bersih.
Hal yang paling menonjol di Indonesia adalah manajemen pengelolaan air yang masih belum memadai.
Ini terlihat ketika musim hujan air sangat melimpah bahkan banjir, namun air tersebut tidak dapat dimanfaatkan. Sangat ironi, ketika bencana banjir air bersih mengalami kelangkaan.
Sementara, musim kemarau dapat dipastikan beberapa tempat akan mengalami kekeringan yang mengakibatkan kelangkaan air bersih.
Kondisi pandemi Covid 19 menimbulkan masalah baru, karena adanya kenaikan kebutuhan air bersih.
Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Eko Winar Irianto, menyampaikan gambaran terkait neraca air nasional dan upaya penanganan daya rusak air di masa pandemic Covid-19.
Eko menjelaskan bahwa terjadi tren kenaikan kebutuhan air bersih selama masa pandemic Covid-19 yang berdampak pada kondisi neraca air nasional sehingga dibutuhkan upaya dalam mengatasi krisis air yang terjadi sekalipun di masa pandemic.
Baca Juga : Jakarta termasuk 11 Kota di Dunia yang Krisis Air Bersih
Dengan adanya kebijakan work from home dan anjuran untuk perilaku hidup bersih sehat (PHBS), berdampak pada menurunnya konsumsi air non domestic hingga 5,57% dari sebelum pandemik, sedangkan konsumsi air domestic bertambah 3 kali lipat dari pemakaian normal.
Dengan demikian, pemerintah menerapkan rencana strategis sebagai upaya mengatasi krisis air diantaranya dengan peningkatan cakupan pelayanan, pemenuhan standar kualitas air minum, peningkatan pendanaan dan komitmen stakeholder, serta peningkatan kapasitas SPAM.
