Sumur Wakaf, Solusi Gunungkidul Hadapi Krisis Air Bersih

Sumur Wakaf
Sumur Wakaf

Sebagian wilayah di Gunungkidul masih sering mengalami krisis air bersih. Aksi Cepat Tanggap Daerah Istimewa Yogjakarta bekerja sama dengan beberapa pihak secara perlahan namun pasti berusaha mengatasi kondisi tersebut dengan membangun sumur wakaf.

ACT DIY terus menggalakkan pembuatan sumur sebagai usaha untuk menyiasati krisis air bersih.

Sumur wakaf ke-48 sudah diresmikan di Padukuhan Nologaten, Kelurahan Jurangjero, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Adanya sumur bagi warga Nologaten ini adalah hasil kerjasama Global Wakaf, ACT DIY dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.

Wakil Dekan FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo menjelaskan bahwa membangun manusia adalah aspek utama dari pembangunan.

Aryo mengatakan kehadiran sumur wakaf diharapkan mampu mengatasi persoalan ketersediaan air dan sanitasi yang layak di Gunungkidul.

Bahkan, ketersediaan air ini sangat erat hubungannya dengan masalah stunting yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan.

Menurut Aryo, salah satu tantangan permasalahan stunting di Tanah Air yaitu ketersediaan air. Utamanya ketersediaan air yang bersih, yang dapat digunakan secara terus menerus untuk keperluan sehari-hari, termasuk kebutuhan anak.

Aryo berharap bahwa kegunaan sumur wakaf ini dapat terus mengalir dengan deras, bukan hanya untuk memenuhi keperluan sehari-hari warga.

Lebih dari itu, dikembangkan untuk kegunaan yang lain dalam rangka membangun kesehatan dan kebutuhan anak-anak.

Kepala Dukuh Nologoten, Hardi mengungkapkan, persoalan ketersediaan air sudah teratasi sejak sumur ini berfungsi.

Sumur wakaf ini mempunyai kedalaman sekitar 100 meter, dengan menara setinggi tujuh meter dan toren yang mampu menampung air hingga 5.000 liter.

Hardi bersyukur, sumur ini sudah mengaliri lebih dari 60 rumah dan akan terus bertambah, bahkan dapat berkembang sampai padukuhan yang lain.

Artikel Lainnya  Sumur Wakaf Mudahkan Warga Groyokan Mendapat Air Bersih

Baca Juga: Dampak Tambang Toba, Warga: Sumber Air Jadi Keruh

Sebelumnya, warga Nologaten mengambil air di sungai keruh, atau harus menempuh jarak tiga kilometer untuk mendapatkan air bersih yang layak konsumsi.

Kepala Cabang ACT DIY, Nasrudin menjelaskan, program ini adalah tiang pancang bagi program-program kemanusiaan lainnya hingga kelak dapat terwujud Desa Wakaf.

Global Wakaf dan ACT bukan hanya membangun sumur, namun juga menjaga, merawat dan memperluas kegunaannya untuk memastikan agar amanah wakaf ini terus mengalir.