Provinsi NTB dan NTT Hadapi Bencana Kekeringan

Provinsi NTB dan NTT Hadapi Bencana Kekeringan
Provinsi NTB dan NTT Hadapi Bencana Kekeringan
Provinsi NTB dan NTT Hadapi Bencana Kekeringan
Provinsi NTB dan NTT Hadapi Bencana Kekeringan

Sebagian besar wilayah Indonesia yang akan memasuki musim hujan pada September hingga November 2021. Namun, sebagian wilayah justru mengalami kekeringan, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak bulan Agustus 2021.

Melalui surat nomor B-121/BNPB/DII/BP.03.02/08/2021, BNPB menyampaikan peringatan dini dan langkah-langkah kesiapsiagaan menghadapi bencana kekeringan meteorologis. 

Hal ini didukung dengan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai adanya indikasi potensi kekeringan hidrometeorologis hingga dua dasarian ke depan. Dasarian adalah satuan waktu meteorologi yang lamanya adalah sepuluh hari.

Sekitar 72 persen area Provinsi NTT mengalami hari tanpa hujan yang sangat panjang hingga ekstrim, yaitu 31-60 hari.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, melaporkan kekeringan terjadi di Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Sikka dan Sumba Timur yang telah melakukan intervensi distribusi air bersih bagi masyarakat.

“Masyarakat mulai mengalami kesulitan air bersih. Beberapa kabupaten sudah dilaporkan masyarakat mulai kesulitan mendapat air bersih,” kata Ambrosius Kodo.

Menyikapi kesulitan air bersih itu, Pemerintah Provinsi NTT telah melaksanakan rapat koordinasi terkait penanganannya serta mengaktifkan kelompok kerja untuk menganalisa data dan informasi. Analisa tersebut akan digunakan untuk merekomendasikan kebijakan penanganan kekeringan.

Kekeringan di NTB

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi NTB, Sahdan, mengatakan bencana kekeringan di NTB yang terjadi sejak Agustus 2021 berdampak pada 151.444 keluarga atau 558.253 jiwa. Bencana tersebut mengancam ketersediaan sumber air bersih warga dan kegiatan pertanian di wilayah itu.

“Ada tujuh kabupaten/kota, kemudian ada 67 kecamatan dan 274 desa terdampak yang terdata sampai saat ini,” kata Sahdan.

Sahdan menerangkan curah hujan di NTB pada Agustus 2021 berada pada kategori rendah, yaitu 0-50 milimeter. Curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Batu Layar, Lombok Barat, dengan jumlah curah hujan sebesar 88 milimeter per dasarian.

Artikel Lainnya  Warga Tegal Harus Berjalan 1 Kilometer Demi Air Bersih

Kabupaten Sumbawa telah menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan. Tiga daerah lainnya, yaitu Kota Bima, Kabupaten Dompu dan Lombok Barat, berstatus siaga darurat bencana kekeringan.

Baca Juga : Harga Air Bersih di NTT Lebih dari Rp700.000

Berdasarkan informasi BMKG, katanya, puncak kekeringan di NTB terjadi pada Agustus lalu. Namun diperkirakan bencana tersebut masih akan terjadi hingga Oktober.

BPBD NTB memproyeksikan penanggulangan dampak kekeringan tersebut akan merogoh dana sebesar Rp 27 miliar. Penanggulangan tersebut dilakukan melalui penyediaan 77.000 tangki air bagi 380 desa/kelurahan di 77 kecamatan.