
Kekeringan akibat musim kemarau melanda hampir semua wilayah di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Warga di Kecamatan Amarasi Timur harus membeli air dengan harga lebih dari Rp700.000 per tangki untuk ukuran 5.000 liter.
Seluruh desa di Kecamatan Amarasi Timur terdampak kesulitan air bersih yaitu Pakubaun, Oebesi, Rabeka dan yang terjauh sekaligus berbatasan dengan Australia, Desa Enoraen. Setiap tahun belasan ribu warga kesulitan air bersih selama musim kemarau yang berlangsung beberapa bulan.
Di Desa Rabeka, warga memikul air dalam jeriken. Air diambil dari embung atau mata air yang mulai mengering dan diperkirakan akan habis dalam satu atau dua minggu ke depan. Musim kemarau tengah melanda daerah itu sejak Mei lalu dan diperkirakan masih terus berlangsung hingga Oktober.
Thomas Alfa Edison (40), warga Rabeka, mengatakan, selain mengambil dari sumur yang hampir semuanya sudah mengering, warga menggunakan air hujan yang masih tersisa. Air hujan ditampung di setiap rumah.
”Jadi, pakai air harus irit, tidak bisa mandi tiap hari,” katanya.
Baca Juga : Akses Air Bersih Indonesia Tertinggal Dibanding Negara Tetangga
Menurut Thomas, tidak ada sumber air terdekat yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Mata air hanya bertahan paling lama hingga bulan Agustus dan kembali mengeluarkan air selama musim hujan hingga beberapa bulan berikutnya. Biasanya air berlimpah hanya mulai Desember hingga Mei.