Nasib Sungai Ciliwung Jakarta, Dahulu Sumber Air Minum Kini Jadi Tempat Sampah

Dulu Sungai Ciliwung bukan hanya sebagai sumber air minum, namun juga sumber kehidupan utama bagi masyarakat di sekitarnya.

Ratusan tahun yang lalu, Sungai Ciliwung banyak dipuji oleh para pendatang asing. Pada abad XV – XVI Sungai Ciliwung dikenal sebagai sungai indah, berair jernih dan bersih, mengalir di tengah kota. Hal ini sangat dinikmati para pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Saat itu Ciliwung bisa menampung 10 buah kapal dagang dengan kapasitas hingga 100 ton, masuk dan berlabuh dengan nyaman di Sunda Kelapa. Sekarang, jangankan kapal besar, kapal kecil saja tidak bisa melayari Ciliwung karena baling-baling kapal pasti tersangkut sampah.

Sumber lain mencatat, selama ratusan tahun air Sungai Ciliwung mengalir bebas, tidak berlumpur, dan tenang. Makanya, saat itu banyak kapten kapal asing singgah untuk mengambil air segar yang cukup baik untuk diisikan ke botol dan guci sebagai persediaan mereka.

Jean-Baptiste Tavernier, seperti dikutip Van Gorkom, yang mengatakan bahwa Sungai Ciliwung memiliki air yang paling baik dan paling bersih di dunia.

Berkat Sungai Ciliwung yang bersih pula, kota Batavia dahulu pernah menerima julukan “Ratu dari Timur”. Banyak pendatang asing menyanjungnya begitu tinggi, bahkan menyamakannya dengan kota-kota ternama di Eropa, seperti Venesia di Italia.

Namun, itu dulu sekarang Sungai Ciliwung dipenuhi oleh sampah. Jika dulu banyak dipuja-puji, Sungai Ciliwung kini dibenci karena dianggap penyebab banjir di Jakarta.

Belajar dari sejarah masa lampau, kini Sungai Ciliwung mulai mendapat perhatian lebih. Pemerintah ingin meningkatkan kualitas air Sungai Ciliwung agar bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.

Iya, Ciliwung memang harus selalu dirawat secara bersama-sama agar memberi manfaat secara optimal seperti dulu, saat Jakarta pernah disejajarkan dengan Kota Venesia di Italia.

Artikel Lainnya  Apa Syarat Air Minum yang Siap Konsumsi? Ini Jawabannya..