Memanen Air Hujan, Solusi Warga Klaten Atasi Kekeringan

Warga Klaten Memanen Air Hujan
Warga Klaten Memanen Air Hujan

Warga di Desa Bunder, Klaten, Jawa Tengah memanen air hujan untuk mengantisipasi kelangkaan air bersih. Dengan teknik elektrolisis, warga bisa memanfaatkan air hujan yang ditampung untuk kebutuhan sehari-hari.

Beberapa wilayah di belahan dunia mengalami kerusakan ekologi yang berpengaruh pada kualitas air. Warga Desa Bunder lebih memilih mendesinfeksi air dengan sistem elektrolisis.

Arus listrik dialirkan melewati air, yang menimbulkan reaksi kimia, yang bisa membunuh mikroba dan kontaminan lain.

Upaya Romo V. Kirjito mengajak masyarakat Klaten mengonsumsi air hujan terbilang melawan arus. Namun, dia yakin kebiasaan minum air hujan membuat tubuh tidak gampang sakit.

Romo Kirjito meneliti air hujan untuk solidaritas bagi masyarakat yang kesulitan mendapatkan air minum berkualitas sekaligus menjaga kesehatan dengan air hujan.

“Penelitian yang saya lakukan selama ini bukan penelitian akademik, tapi penelitian budaya air hujan,” jelasnya.

Hasil penelitiannya menunjukkan kualitas air hujan lebih bagus daripada air tanah, termasuk air kemasan, itu ditularkan Romo Kirjito ke komunitas-komunitas lain secara meluas. Seperti Yogya, Purwodadi, Bogor, Solo, Semarang, Depok, Bandung, Bekasi Jatim, Bali, Toraja, dan Nabire Papua.

“Di Semarang ada komunitas Udan, lalu di Purwodadi juga membuat laboratorium udan. Di Nabire Papua didirikan laboratorium udan. Di Jombang juga mendirikan pesantren air hujan,” sebutnya.

Menurutnya, selama enam tahun meneliti air hujan, paling tidak ia sudah melatih dan menyebarkan hasil penelitiannya kepada sepuluh ribu orang di seluruh Indonesia.

“Saya tidak membentuk organisasi. Mereka belajar ke sini sampai jadi pembelajar lagi di daerahnya,” harapnya.

Romo Kirjito ingin membudayakan air hujan terutama kepada masyarakat yang kesulitan mendapatkan air tanah. Nantinya mereka mampu memproses air hujan secara mandiri.

Artikel Lainnya  Kementerian PUPR Dorong Penggunaan Air Pipa 100 Persen

Baca Juga: Irigasi Jebol, 100Ha Sawah di Bali Terancam Kekeringan

“Air hujan kan banyak, maka harus dicadangkan untuk masak, mandi dan cuci. Kalau air minum harus yang berkualitas,” tuturnya.

Ia menganjurkan agar masyarakat minum air putih dari bahan air hujan, tidak beli air kemasan.

“Ada yang pernah menghitung, mengeluarkan uang hingga Rp 8 juta per tahun hanya untuk membeli air minum kemasan,” sebutnya.

Romo Kirjito berharap, kemandirian atau swadaya air hujan menjadi pilihan keluarga. Caranya, membuat penampungan atau tandon air dan mengolahnya.

Dengan begitu tiap rumah tangga punya simpanan air hujan khusus untuk minum selama satu tahun. Sebuah cara cerdas untuk menyiasati kelangkaan air.