Kenapa Warga DKI Masih Enggan Berlangganan PDAM?

Kenapa Warga DKI Masih Enggan Berlangganan PDAM?
Kenapa Warga DKI Masih Enggan Berlangganan PDAM?
Kenapa Warga DKI Masih Enggan Berlangganan PDAM?
Kenapa Warga DKI Masih Enggan Berlangganan PDAM?

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan, cakupan warga Jakarta yang berlangganan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pada 2023 bisa mencapai 82 persen. 

Alasan utamanya, yakni penggunaan air tanah oleh warga ibu kota merupakan masalah perkotaan sekaligus lingkungan karena berakibat pada penurunan muka tanah dan intrusi air laut ke dalam cekungan air tanah di Jakarta. 

Data Perusahaan Air Minum (PDAM) Jaya tahun 2020 menyebutkan, total baru 64 persen dari penduduk DKI Jakarta yang memiliki akses air perpipaan. Sisanya masih mengandalkan air tanah yang disedot menggunakan pompa air dan sumur galian, atau membeli air pikulan.

Selain jangkauan air dari PDAM yang masih tergolong sedang, sebagian masyarakat Jakarta masih mengeluhkan buruknya kualitas air PDAM. “Kalau pakai air PDAM, cucian kita pada rusak. Soalnya air di sini sedikit asin,” ujar Yanti (47) warga Jalan Jambu Air RT 09/02, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. 

Baca Juga : Yuk Pelajari Penyebab dan Dampak dari Pencemaran Air

Melihat kondisinya kian buruk, sudah hampir dua tahun ini Yanti memilih memberhentikan langganan airnya melalui jasa PAM Jaya. Dia kemudian memilih menyedot air melalui sumur bor dari mesin pompa.

Keengganan masyarakat untuk berlangganan air bersih cukup beragam. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh warga Jakarta antara lain adalah karena air tanah masih banyak, air sumur yang bisa diperoleh secara gratis, kualitas air pada sumur bor bagus, dan status rumah yang masih mengontrak.

Artikel Lainnya  Melestarikan ‘Air’ Demi Menjaga Kehidupan Manusia