Jakarta Harus Belajar dari Tokyo Atasi Penurunan Tanah

Jakarta Harus Belajar dari Tokyo Atasi Penurunan Tanah
Jakarta Harus Belajar dari Tokyo Atasi Penurunan Tanah
Jakarta Harus Belajar dari Tokyo Atasi Penurunan Tanah
Jakarta Harus Belajar dari Tokyo Atasi Penurunan Tanah

Penurunan tanah di Jakarta yang terus berlangsung hingga saat ini. Bahkan, Jakarta diprediksi akan tenggelam oleh para ahli pada 2050 mendatang. Sama seperti Jakarta, Tokyo pun sempat mengalami masalah yang serupa, yakni mengalami penurunan tanah maksimal hingga 4,6 m di wilayah Minamisuna Koto-ku. 

Penurunan tanah di Tokyo mulai terjadi pada tahun 1920. Pada 1940, peneliti Jepang berhasil mengidentifikasi penyebab penurunan tanah melalui pengamatan lapangan dan analisis tentang air tanah dan penurunan tanah di wilayah Osaka bagian barat. 

Berdasarkan pertimbangan ilmiah, peneliti menemukan korelasi yang jelas antara permukaan air tanah dan kecepatan penurunan.

Industri kimia di Jepang memang tumbuh pada tahun 1910-an, jumlah pabrik manufaktur meningkat pesat. Penggunaan air tanah hingga 27.000 meter kubik per hari, dipompa untuk pendingin ruangan. Hingga tahun 1945, pemompaan air tanah akhirnya terbukti menjadi penyebab utama penurunan tanah di Tokyo.

Baca Juga : Jakarta Tenggelam Akibat Eksploitasi Air Tanah

Pasca Perang Dunia II, terjadi peningkatan pesat jumlah pabrik dan populasi yang berdampak penggunaan sejumlah air dalam skala besar untuk keperluan industri dan rumah tangga, terutama di kota-kota besar, termasuk Tokyo.

Akhirnya, pemerintah Jepang membentuk Dewan Penanggulangan Penurunan Tanah pada tahun 1953. Selanjutnya Undang-Undang Penggunaan Air Tanah untuk Industri diberlakukan pada tahun 1956 yang bertujuan secara bertahap membatasi penggunaan air tanah di Tokyo. 

Artikel Lainnya  6 Upaya Menjaga Ketersediaan Air Bersih