Ilmuwan Australia ciptakan Alat Pemanen Air dari Udara

Ilmuwan Australia ciptakan Alat Pemanen Air dari Udara
Ilmuwan Australia ciptakan Alat Pemanen Air dari Udara
Ilmuwan Australia ciptakan Alat Pemanen Air dari Udara
Ilmuwan Australia ciptakan Alat Pemanen Air dari Udara

Tim peneliti dari University of Newcastle (UON), Australia berhasil menciptakan alat yang bisa memanen air dari udara dan  dinamakan Hydro Harvest Operation. Alat ini mereka buat bertujuan untuk mengatasi krisis air bersih di Australia. 

Tim ini menjadi salah satu menjadi finalis kompetisi global XPRIZE, ajang kompetisi dua tahunan yang memberikan tantangan kepada tim-tim seluruh dunia untuk menciptakan alat untuk mengolah air bersih. Kompetisi ini disponsori oleh Tata Group dan Australian Aid.

Para peserta diminta untuk membuat alat yang dapat memproses minimal 2.000 liter air dari atmosfer per hari dengan menggunakan konsep yang 100% ramah lingkungan dan biaya yang tidak lebih dari 2 sen dollar Australia (sekitar Rp 200) per liter.

Proyek Hydro Harvest Operation dipimpin oleh Profesor Behdad Moghtaderi, ahli teknik kimia dari University of Newcastle.  Moghtaderi menjelaskan bahwa, konsep dasarnya adalah menciptakan pengembunan dengan bantuan energi panas matahari, dan setelah itu proses pendinginan dilakukan untuk mendapatkan air layak minum.

“Langkah pertama adalah menyerap air di malam hari dengan menggunakan bahan pengering, kemudian menggunakan energi matahari di siang hari untuk menghasilkan udara panas dan lembap yang bisa didinginkan,” kata Moghtaderi.

“Semakin panas suhu udaranya, akan semakin banyak air yang tertahan di udara, dan apabila kita mendinginkan udara panas itu, kita akan mendapatkan air,” tambahnya.

Baca Juga : Keren! Energi Surya Sulap Air Danau Jadi Siap Minum

Proses yang dilakukan peneliti ini berbeda dengan siklus pengembunan yang biasa terjadi.  “Kandungan air di atmosfer biasanya terbentuk karena siklus pendinginan, di mana ada proses pendinginan udara hingga suhu tertentu sampai terjadi pengembunan. Kami merekayasa proses tersebut,” kata Moghtaderi, dikutip dari ABC.

Artikel Lainnya  Jakarta Harus Belajar dari Tokyo Atasi Penurunan Tanah