Bencana kekeringan di Kabupaten Trenggalek belum menunjukkan tanda-tanda membaik, meski hujan sudah mulai turun di beberapa tempat. Puluhan desa tercatat masih mengalami krisis air bersih hingga saat ini.
Stefanus Triadi Atmono, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek, pada hari Selasa (21/11/2023), mengatakan beberapa wilayah sudah mulai turun hujan, namun intensitasnya masih kecil, sehingga belum berdampak bagi wilayah yang kekeringan.
Data Pusdalops BPBD Kabupaten Trenggalek, hingga kini jumlah desa yang mengalami krisis air sebanyak 40 desa yang tersebar di 13 kecamatan. Artinya, hanya satu kecamatan yang tidak terdampak krisis air, yaitu Kecamatan Kampak.
Daerah yang paling parah mengalami krisis air adalah Kecamatan Panggul dengan jumlah mencapai 9 desa, yaitu Desa Ngrencak, Banjar, Besuki, Depok, Karangtengah, Kertosono, Nglebeng, Ngrambingan dan Desa Panggul.
Terparah kedua yaitu Kecamatan Tugu dengan 5 desa terdampak, yakni Desa Prambon, Ngepeh, Dermosari, Duren dan Gading,” sebut Triadi.
Jumlah warga terdampak krisis air mencapai 6.417 kepala keluarga atau sebanyak 17.630 jiwa. BPBD Kabupaten Trenggalek terus menyalurkan bantuan air bersih ke wilayah terdampak.
Sampai saat ini tercatat sudah 1.757 tangki air bersih yang sudah didistribusikan ke masyarakat. BPBD Kabupaten Trenggalek juga menyalurkan bantuan 41 plastik terpal, 55 tandon air dan 367 jeriken.
Selain dari BPBD Kabupaten Trenggalek, beberapa instansi swasta juga ikut membantu para warga terdampak kekeringan.
Warga terdampak berharap, di wilayah Kabupaten Trenggalek segera turun hujan dengan intensitas dan frekuensi yang lebih tinggi, sehingga krisis air segera berakhir.
Krisis air bersih yang terus berulang saat musim kemarau di Kabupaten Trenggalek harus diakhiri. PDAM setempat bersama dengan Pemerintah Kabupaten Trenggalek sebaiknya melakukan pipanisasi, agar akses air bersih bagi warga bisa berlangsung secara berkelanjutan.
