Sumber Air Sekitar TPA Bekasi Tercemar Limbah B3

Sumber Air Sekitar TPA Bekasi Tercemar Limbah B3
Sumber Air Sekitar TPA Bekasi Tercemar Limbah B3

Sumber Air Tercemar – Ketersediaan air bersih di sekitar kita mempunyai kecenderungan menipis. Salah satu penyebab utamanya adalah pencemaran. Sumber air di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bekasi terindikasi tercemar limbah beracun dan berbahaya (B3).

Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNas), Bagong Suyoto mengatakan bahwa TPA sampah tersebut pengelolaannya menggunakan sistem open dumping, bahkan tidak mempunyai instalasi pengolahan air sampah (IPAS). Dapat dipastikan, air lindi dari TPA langsung mengalir menuju ke drainase, sungai, sawah, pekarangan warga.

Air lindi mempunyai kandungan berbagai macam jenis bahan pencemaran yang memiliki potensi mengganggu lingkungan dan kesehatan manusia. Air lindi bisa merembes masuk  ke dalam tanah ataupun mengalir di permukaan tanah dan akhirnya bermuara pada aliran air sungai.

Efeknya dapat menyebabkan bau sangat menyengat, merusak estetika dan pencemaran lingkungan hidup, rusaknya ketersediaan air, baik air permukaan maupun air tanah serta mengancam kesehatan warga.

Menurut Bagong Suyoto, keadaan seperti  ini  telah terjadi bertahun-tahun di sekitar TPA Sumurbatu dan TPA Burangkeng, misalnya di Kali Ciketing, Kali Asem, Kali Pedurenan hingga Kali Jambe. Kali berwarna hitam pekat bercampur berbagai macam sampah, air tinja, dan limbah domestik dari permukiman warga.

Walaupun telah ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAK) induk bantuan dari  Pemprov DKI Jakarta di TPA Sumur Batu, kelihatannya belum dimanfaatkan secara maksimal. Air yang mengalir melewati Kali Asem, Kali Pedurenan, Dukuh Zamrud masih terlihat hitam dan sangat berbau.

Baca Juga: WMO: Ancaman Krisis Air Global Akibat Perubahan Iklim

Seharusnya, air sungai telah bersih dan kelihatan jernih, bukan berwarna hitam pekat.

Selain itu, air lindi yang mengalir ke sawah akan mengganggu produktivitas tanaman padi. Normalnya, dapat memberi hasil panen sebanyak 6-7 ton per hektare gabah, sekarang tinggal 2-3 ton per hektare saja.

Artikel Lainnya  Rutin Merendam Wajah dengan Air Dingin Bikin Glowing Loh..

Warna padinya lebih gelap, nasi menjadi kurang enak dan gampang basi. Kondisi yang memprihatinkan ini dialami petani Sumurbatu dan petani lain yang lokasi sawahnya berdekatan dengan TPA Burangkeng.

Air bersih  untuk keperluan konsumsi warga sekitar TPA sehari-hari pun menjadi sulit, karena air tanah telah mengalami pencemaran berat.

Air tanah di sekitar TPA mempunyai kadar pH air yang tidak normal alias tingkat keasaman tinggi. Warga sekitar TPA sampah untuk minum harus membeli air mineral. Mereka tidak berani minum air tanah yang sudah tercemar.

Sekarang, sudah waktunya melindungi air, melaksanakan konservasi dan pemulihan sumber daya air. Tugas kita bersama untuk memelihara kelestarian lingkungan.