AIRKAMI.ID, Ketersediaan air di Bumi makin mengkhawatirkan. Mengingat saat ini sekitar 3,6 miliar orang di dunia mengalami kekurangan air bersih paling tidak sebulan dalam setahun.
Menurut laporan dari World Meteorological Organization (WMO), ancaman bahaya terkait krisis air diakibatkan oleh banjir dan kekeringan terus meningkat lantaran perubahan iklim.
Jumlah orang yang mengalami kekurangan air diperkirakan akan meningkat. Situasinya semakin diperburuk oleh peningkatan populasi dan berkurangnya ketersediaan lahan resapan.
Ketersediaan air di Bumi memang melimpah, tapi sayangnya hanya 2,5 persen air di Bumi yang bisa dikonsumsi. Sekitar 97,5 persen merupakan air asin yang ada di lautan.
Dari 2,5 persen air tawar tersebut, banyak sumber air yang telah tercemar atau mengering seperti rawa dan payau yang menghilang berubah menjadi pemukiman atau bangunan.
Sekretaris Jenderal WMO, Prof. Petteri Taalas menyatakan, peningkatan suhu Bumi menjadi pemicu perubahan curah hujan global dan regional. Hal itu pada akhirnya mengakibatkan pergeseran pola curah hujan dan musim pertanian, dengan dampak pada ketahanan pangan dan kesehatan serta kesejahteraan manusia.
Laporan WMO dengan judul State of Global Water Resources yang diterbitkan di Jenewa, pada akhir tahun 2022 lalu juga memaparkan, suhu Bumi yang meningkat berdampak pada perubahan iklim, lingkungan, dan ketersediaan sumber daya air bersih di Bumi.
Menurut angka dalam laporan tersebut, sekitar 3,6 miliar orang mempunyai akses air yang tidak memadai setidaknya satu bulan. Pada tahun 2050 mendatang, jumlah orang di Bumi yang kekurangan air bersih akan meningkat menjadi lebih dari lima milia orang..
Situasi yang kurang menguntungkan ini harus menjadi semacam peringatan bagi pemerintah Indonesia. Pengelolaan air bersih terutama oleh PDAM harus terus ditingkatkan, termasuk pipanisasi agar krisis air dapat dihindari.
