Laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksi sekitar 5 miliar orang atau dua per tiga dari populasi dunia akan mengalami kekurangan air selama paling tidak sebulan penuh pada tahun 2050.
Hasil analisa yang dilakukan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) tersebut dirilis pada hari Selasa, 29 November 2022, meliputi proyeksi aliran sungai, banjir, dan kekeringan di dunia.
Perubahan iklim menjadi mimpi buruk dunia ternyata mengurangi tingkat aliran sungai dan mencairkan gletser karena suhu global 1,1C lebih tinggi daripada di masa pra-industri.
Laporan dengan judul The State of Global Water Resources for 2021, merupakan tinjauan komprehensif pertama tentang sumber daya air oleh WMO.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pengukuran yang tidak konsisten dan kurangnya data di lapangan menyulitkan untuk memahami lebih lanjut beberapa efek perubahan iklim terhadap sistem air.
Pada konferensi perubahan iklim PBB (The Conference of the Parties/ COP) 27 yang berlangsung di Mesir pada November lalu, mendesak berbagai negara di dunia untuk lebih memperhatikan air bersih sebagai upaya menghadapi kekeringan akibat perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim bisa dirasakan melalui air. Kekeringan yang intens dan sering terjadi, banjir yang ekstrem, curah hujan yang tidak menentu, dan percepatan pencairan gletser akan terjadi..
Laporan dari PBB ini menjadi semacam peringatan yang harus disikapi dengan bijak. Perubahan iklim memang membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia di Bumi.
Berbagai langkah komprehensif harus segera dilakukan, termasuk mengumpulkan data di lapangan yang lebih banyak sebagai basis data untuk menyusun strategi yang tepat demi mencegah terjadinya kekeringan di masa depan.