Rendahnya intensitas curah hujan yang turun di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi penyebab warga di wilayah ini sering mengalami krisis air bersih. Seperti yang dialami warga Sikka yang harus bersusah payah demi mengambil air bersih.
Hanya untuk memperoleh satu jerigen air bersih, warga dusun Krado dan dusun Wologahar, Desa Ipir, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka harus berjalan kaki menempuh jarak sejauh 1 kilometer menuju Kali Krado.
Di Kali Krado tersebut, warga harus antri secara bergantian untuk mengumpulkan air yang keluar dari bawah batang pohon dengan debit air yang sangat kecil. Dapat dibayangkan bagaimana tenaga dan waktu yang banyak terbuang demi air bersih.
Antonius Deodakus, warga Dusun Krado mengatakan bahwa kondisi ini sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Mengingat, tidak adanya sumber mata air selain sumber air yang berada di Kali Krado. Sementara letak pemukiman warga berada di daerah ketinggian.
“Ya kami harus jalan kaki ke kali ini untuk mendapatkan air yang keluar dari bawah batang pohon,” ungkap Antonius, Rabu (05/10/2022).
Menurut Deodakus, selama ini tidak ada pipa air bersih dari PDAM yang sampai ke Desa Ipir, sehingga warga hanya mengandalkan bisa air hujan saat musim hujan tiba.
Beberapa warga sudah menyampaikan kondisi yang terjadi kepada pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten. Celakanya, tidak ada jawaban akan kesulitan air bersih yang dialami warga.
Pemerintah hanya datang melihat sumber mata air dan hanya berjanji akan membangun jaringan air bersih. Tetapi janji itu hanya manis di bibir saja.
Krisis air bersih yang sering terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur memerlukan itikad baik dari pemerintah, baik di level kabupaten/kota maupun provinsi untuk memprioritaskan pembangunan sektor air bersih.
Bersama PDAM setempat pemerintah harus membangun jaringan air bersih perpipaan ke rumah warga. Selama belum ada jaringan air bersih perpipaan, warga NTT pada umumnya dan Sikka pada khususnya akan terus menderita karena kesulitan air bersih.