Warga Jakarta Keluarkan 450 Ribu/Bulan untuk Beli Air Bersih

Warga Jakarta Keluarkan 450 Ribu untuk Beli Air Bersih
Warga Jakarta Keluarkan 450 Ribu untuk Beli Air Bersih

Airkami.id – Belum meratanya akses air bersih perpipaan di Jakarta membawa dampak yang cukup luas. Warga harus membeli air bersih dengan harga yang jauh di atas biaya langganan air bersih dari air perpipaan. Tragisnya, wilayah yang belum teraliri air pipa adalah kawasan warga dengan ekonomi lemah.

Belum lama ini warga Muara Baru, Jakarta Utara menuntut Pemprov DKI Jakarta untuk menyediakan akses air bersih yang murah. Selama ini warga harus mengeluarkan uang hingga Rp 450 ribu per bulan hanya untuk membeli air bersih.

Terlihat ada belasan warga Muara Baru menggelar aksi menuntut Pemprov DKI Jakarta menyediakan air bersih murah, di Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia, pada hari Minggu (17/7). Warga menggelar aksinya pada pukul 09.00 WIB.

Titin (51), warga Pademangan peserta aksi mengatakan, ia dan warga lain harus mengeluarkan uang hingga Rp 450 ribu per bulan untuk membeli air bersih. Tidak ada pilihan bagi warga karena perusahaan penyedia air milik Pemprov DKI Jakarta, PAM Jaya, belum menyediakan akses untuk mereka. 

Sebenarnya warga ingin berlangganan dengan PAM Jaya, mengikuti persyaratan dan prosedur sesuai aturan gubernur, namun sepertinya dipersulit. Warga harus menyediakan uang Rp217 juta untuk pemasangan pipa besar, demikian pengakuan Titin.

Tentu saja biaya pemasangan pipa air itu memberatkan warga. Makanya, kebanyakan warga memilih membeli air bersih melalui master meter yang dikelola swasta dengan biaya Rp 15.000 per meter kubik. Biaya ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan tarif PAM Jaya, yang mematok Rp 3.500 per meter kubiknya.

Pangkal soal masalah layanan air bersih di Jakarta adalah cakupan layanan PAM Jaya yang masih 65 persen, itu pun masih diperburuk dengan angka kebocoran yang masih tinggi.

Jakarta sesungguhnya kini mengalami darurat air bersih. Hal yang paling mendesak untuk dilakukan saat ini adalah percepatan pipanisasi 100 persen. Selama itu belum tercapai, warga kelas bawah Ibu Kota akan tetap menjadi korban untuk mengeluarkan ongkos yang mahal hanya untuk air bersih.