AIRKAMI.ID, begini strategi atasi krisis air bersih. Perlu diketahui, berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 yang disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas, krisis air bersih di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara diproyeksikan akan mengalami peningkatan.
Bukan hanya kuantitas, kualitas air juga diperkirakan akan menurun secara drastis. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengingatkan dampak buruk perubahan iklim bagi ketersediaan air bersih di Indonesia yang makin menipis.
Guru Besar Teknik Penyehatan Lingkungan UNESA, Prof. Dr. Erina Rahmadyanti, M.T., mengatakan bahwa kelangkaan air mengalami peningkatan seiring terjadinya deforestasi, betonisasi, polusi hingga global warming.
Dampaknya, sepertiga dari seluruh sekolah di dunia tidak mempunyai akses air bersih dan sanitasi yang memadai. Setengah dari pasien rumah sakit diisi oleh penderita penyakit yang disebarkan air atau sanitasi yang buruk.
Menurut Prof. Erina, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyiasati krisis air bersih, salah satunya adalah constructed wetland (CW) atau lahan basah buatan sebagai green infrastructure demi ketersediaan air melalui strategi pemanenan air hujan dan pengolahan air limbah.
Lahan basah buatan merupakan salah satu cara yang murah dan mudah guna mempertahankan ketersediaan air di Indonesia secara berkelanjutan.
Selain itu juga, perlu ada upaya lain yakni tata kelola yang baik kawasan industri dan kawasan hijau dan hutan. Hal ini berhubungan dengan regulasi dan penerapannya di lapangan. Sedangkan di tingkat bawah juga perlu adanya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan air.
Selain beberapa cara yang telah diusulkan oleh Prof. Erina, perilaku hemat air, baik skala rumah tangga hingga industrial sebagai bagian dari upaya menyeimbangkan neraca ketersediaan air sangat diperlukan.