Sampai saat ini, Indonesia masih memiliki masalah dengan ketersediaan air bersih. Mengutip data Water.org, masih ada 20 juta penduduk Indonesia yang belum mempunyai akses air bersih dan sanitasi yang layak.
Salah satu yang harus dilakukan untuk meningkatkan akses air bersih adalah pembangunan jaringan air bersih perpipaan. Bukan hanya layak, air bersih perpipaan juga lebih aman dibandingkan dengan sumber air yang lain, termasuk air tanah.
Koordinator Lintas Bidang Air Minum dan Sanitasi Direktorat Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Nur Aisyah Nasution, mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan 100 persen penduduk Indonesia mempunyai akses air minum layak pada tahun 2024.
Sementara menurut Bappenas sampai akhir 2021 untuk akses air minum layak mencapai angka 90,8 persen. Pemerintah juga mempunyai target 15 persen dari total penduduk Indonesia dapat menikmati akses air minum yang aman.
Sekarang ini, akses air minum layak yang dialirkan melalui jaringan perpipaan ke 14 Juta Sambungan Rumah (SR) atau 19 persen dan melalui Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) seperti sumur (air tanah), sebanyak 54 Juta Rumah Tangga atau 70 persen.
Masih rendahnya jaringan air bersih perpipaan penduduk di Indonesia hendaknya menjadi perhatian semua pihak. Banyak studi penelitian yang menyimpulkan bahwa air tanah sebagian besar sudah tercemar, terutama oleh bakteri e.Coli.
Untuk mengejar target 100 persen akses air minum layak, pilihan paling bijaksana adalah dengan melalui pembangunan jaringan air bersih perpipaan. Bukan hanya lebih layak dan aman dari sisi kesehatan, pilihan untuk menggunakan jaringan air bersih perpipaan juga demi melestarikan lingkungan.