Krisis Air Yang Masih Melanda Warga Jakarta

Krisis Air Yang Masih Melanda Warga Jakarta
Krisis Air Yang Masih Melanda Warga Jakarta
Krisis Air Yang Masih Melanda Warga Jakarta
Krisis Air Yang Masih Melanda Warga Jakarta

Ibu Kota Indonesia, Jakarta, juga tak lepas bencana alam.  Dua persoalan kronis di Jakarta, adalah krisis air, banjir di setiap musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.

Dua persoalan krusial di atas masih menjadi “pekerjaan rumah” (PR) yang belum selesai-selesai hingga usia yang ke-493 di tahun 2020 kemarin. 

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa musim hujan masih identik dengan bencana banjir di Jakarta. 

Jakarta memiliki potensi banjir yang bersumber dari darat (kiriman dari Bogor), laut (rob dari pantai utara), dan dari udara (adanya tingginya curah hujan).

Dari 15 kecamatan tersebut adalah Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading, Cilincing, dan Penjaringan (Jakarta Utara).

Selanjutnya Menteng, Gambir, Pasar Minggu dan Setiabudi (Jakarta Selatan), Kemayoran dan Tanah Abang (Jakarta Pusat), Makasar, Pulogadung dan Cipayung (Jakarta Timur) dan Tebet. 

Sebaliknya, kekeringan kerap terjadi pula pada saat musim kemarau. Kekeringan di DKI Jakarta ditandai dengan banyaknya sumur warga yang mulai mengering.

Untuk kekeringan air bersih, data dari BMKG pada September 2019 memasukkan 15 kecamatan di DKI Jakarta dalam kategori “awas” karena mengalami hari tanpa hujan lebih dari 61 hari. 

Tahun 2019 saja,  dampak kekeringan terasa di beberapa pemukiman warga yang mengandalkan air bersih dari pasokan air sumur saja.

Krisis air di kawasan-kawasan tertentu di Jakarta juga tak jarang terjadi akibat gangguan pasokan air bersih yang sering terhambat.  

Masalah tersebut terjadi secara kasuistik dan situasional karena faktor-faktor tertentu, seperti pipa bocor. 

Sebanyak 25 dari total 96 rumah tinggal di RT 02 RW 03 Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, telah dilanda krisis air  bersih sejak awal September 2019.

Mayoritas dari warga yang mengalami kekurangan air bersih ini disebabkan karena kedalaman sumur di rumahnya hanya 12 sampai 15 meter. 

Baca Juga: 5 Metode Ini Dapat Ubah Air Limbah Jadi Air Bersih

Selain faktor kurangnya kedalaman sumur, kontur lahan di kawasan setempat relatif lebih tinggi bila dibandingkan kawasan sekitarnya sehingga setiap kemarau selalu dilanda kekeringan.

Setidaknya total terdapat 50 kepala keluarga (KK) di RW 06 Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, mengalami kekeringan imbas kemarau panjang. 

Bahkan data dari BMKG menunjukan sejak pertengahan Oktober 2019,  sumur di rumah warga di Cipayung banyak yang kering disebabkan kedalamannya hanya berkisar 7 sampai 10 meter.