Krisis Air Bersih Akibat Perubahan Iklim Hantui 3,2 Juta Anak-Anak Jakarta

Krisis Air Bersih Akibat Perubahan Iklim Hantui 3,2 Juta Anak-Anak Jakarta

Dampak perubahan iklim diperkirakan menjadikan kondisi Jakarta akan semakin basah atau banjir saat musim hujan, namun kering atau krisis air saat musim kemarau. Ancaman krisis air bersih di Jakarta makin meningkat, terutama bagi kelompok rentan, seperti anak-anak.

Subkoordinator Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto menyatakan urbanisasi ke Jakarta telah memicu suhu udara permukaan Jakarta lebih panas dari pada wilayah lain. 

Dalam penelitian terbarunya, Siswanto menemukan bahwa bertambah panasnya suhu udara permukaan sebesar satu derajat celcius berkorelasi dengan lonjakan ekstremitas hujan hingga 14 persen di Jakarta. 

Para ahli perubahan iklim sering menyatakan, beberapa area yang mempunyai karakteristik curah hujan akan mengalami kondisi the wet gets wetter, the dry gets drier, bahwa wilayah seperti Jakarta akan makin basah saat musim hujan, namun semakin kering saat musim kemarau. 

Artikel Lainnya  Tagihan Air PDAM Kamu Melonjak? Ini Penyebabnya!

Sementara itu, penduduk yang tinggal di kawasan pesisir, Jakarta Utara telah mengalami krisis air bersih semenjak dulu. Selain faktor perubahan iklim, salah satu pemicu lain warga terdampak krisis air bersih adalah tidak ada jaringan perpipaan yang terpasang di rumah mereka. 

Potensi meluasnya krisis air bersih akibat perubahan iklim menghantui 3,2 juta anak-anak di Jakarta. Melihat fenomena ini, tentu Pemprov DKI Jakarta bersama dengan PAM Jaya harus melakukan antisipasi dini terkait perubahan iklim yang makin memperburuk krisis air di Jakarta, salah satunya dengan pipanisasi. 

Artikel Lainnya  Warga Pasuruan Mesti Tempuh 4 Kilometer Demi Air Bersih

Jangan sampai ketinggalan update artikel terbaru tentang masalah dan solusi air bersih kini ada di Google News & Index Berita – Airkami.id