Sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah wilayah yang sering mengalami krisis air bersih.
Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air (SDA) Firdaus Ali mengungkapkan bahwa saat musim hujan ketiga wilayah tersebut mempunyai ketersediaan air yang sangat melimpah.
Pada musim hujan, ketersediaan air di Pulau Jawa dan Bali mencapai 101.160 juta meter kubik, sedangkan kebutuhannya hanya mencapai 27.020 juta meter kubik.
Tetapi sebaliknya, ketika musim kemarau ketiga pulau tersebut justru mengalami kekurangan air bersih. Saat kemarau, ketersediaan air di Pulau Jawa dan Bali hanya mencapai 25.290 juta meter kubik dan tidak sebanding dengan kebutuhan yang mencapai 38.406 juta meter kubik.
Sementara, di wilayah NTT ketersediaan air saat musim hujan mencapai 37.940 juta meter kubik, sedangkan kebutuhannya hanya 4.215 juta meter kubik.
Pada saat musim kemarau ketersediaan air justru hanya 1.440 juta meter kubik dan, sementara kebutuhan mencapai 4.320 juta meter kubik.
Apabila mencermati data neraca air nasional pada tahun 2020, kebutuhan air masyarakat sesungguhnya hanya 6 persen dari potensi sumber daya air yang dimiliki Indonesia.
Total ketersediaan air di Indonesia itu mencapai 1.957.205 juta meter kubik, sedangkan kebutuhannya hanya 112.275 juta meter kubik.
Ketimpangan terkait ketersediaan air bersih saat musim hujan dan kemarau sebenarnya dapat ditelusuri akar masalahnya bisa berawal dari buruknya manajemen air bersih pada setiap daerah tersebut.
Maka dari itu, idealnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan dukungan dari pemerintah daerah setempat harusnya mampu melakukan manajemen pengelolaan air bersih dengan baik, seperti salah satunya dengan membangun akses air bersih melalui jaringan pipa, agar warga saat musim kemarau tidak mengalami kesulitan air bersih.
 adalah wilayah yang sering mengalami krisis air bersih.){kind=link}