Di beberapa tempat di berbagai belahan dunia, dampak dari perubahan iklim telah menyebabkan kelangkaan air bersih. Tingginya permintaan terhadap air bersih tidak sebanding dengan ketersediaan air yang semakin menipis.
Dalam rangka memperingati Hari Bumi 2022, Google Doodle mengangkat isu perubahan iklim di laman pencariannya. Terdapat tampilan 4 lokasi yang mengalami perubahan iklim yang ditayangkan Google Doodle.
Perubahan iklim sudah menjadi salah satu isu vital yang telah menyita perhatian seluruh dunia. Dampaknya pun sudah mulai kelihatan, misalnya dari kekeringan hingga berkurangnya jumlah air bersih.
Melalui teknologi citra dari Google Earth Timelapse dan berbagai sumber lainnya, Google Doodle menampilkan 4 lokasi yang mengalami dampak perubahan iklim di antaranya sebagai berikut:
- Mencairnya gletser di puncak Gunung Kilimanjaro, Afrika,
- Mencairnya gletser di wilayah Sermersooq,Greenland,
- Berubahnya warna koral di Pulau Lizard, Australia, dan
- Rusaknya hutan karena serangan kumbang kulit kayu akibat kenaikan suhu dan kekeringan ekstrim di Hutan Harz, Jerman.
Perubahan iklim mulai memicu dampak negatif pada kehidupan manusia saat ini. Mulai dari masalah habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian, ekosistem wilayah pesisir, dan juga air.
Beberapa pengaruh buruk perubahan iklim terhadap air adalah semakin turunnya kualitas air akibat tingginya curah hujan. Adanya kenaikan suhu ternyata juga mengakibatkan munculnya kadar klorin semakin tinggi pada air bersih.
Baca Juga: Pesona Asri Wisata Goa Air Wonosari Favorit Keluarga
Dampak buruk selanjutnya adalah berkurangnya ketersediaan air. Pemanasan global akan menaikkan kadar air di atmosfer sehingga dapat meningkatkan curah hujan.
Namun demikian, curah hujan yang tinggi ini langsung kembali ke laut tanpa sempat tersimpan sebagai sumber air bersih, baik di tanah atau pun sebagai air permukaan, misalnya waduk.
Dikutip dari BBC, negara-negara di dunia sadar untuk mengatasi perubahan iklim hanya bisa dilakukan secara bersama-sama. Melalui kesepakatan di Paris pada 2015, negara-negara di dunia berkomitmen untuk menurunkan suhu hingga sampai 1,5 Celcius.
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (PCC) pada 2018, untuk menstabilkan iklim, emisi gas rumah kaca di seluruh dunia harus ditekan sampai setengah dari jumlah sekarang ini sampai pada tahun 2030 dan pada 2050 diharapkan emisi mencapai nol. Sesudah itu, emisi harus dapat dihilangkan dari atmosfer bumi.
Untuk mengatasi kelangkaan air yang makin nyata, kunci dari semuanya adalah pengelolaan air secara bijak. Pengembangan teknologi untuk memanfaatkan air permukaan, seperti sungai dan laut mutlak harus dilakukan, sebagai sumber air baku bagi air pipa.