AIRKAMI.ID, Air bersih merupakan salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat. Namun sayangnya, masih saudara kita di luar sana yang belum bisa menikmati akses air bersih yang baik.
Krisis ketersediaan air bersih masih menjadi persoalan yang dihadapi masyarakat global, termasuk Indonesia. Aspek pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan perubahan perilaku kebersihan secara partisipatif diyakini bisa mengatasi masalah ini.
Ketua Bidang Kesehatan dan Water Hygiene Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PP PMI) Fachmi Idris mengungkapkan, meski air bersih adalah kebutuhan vital, namun PBB pada 2019 mencatat, sebanyak 2,2 miliar orang masih kekurangan air minum yang aman dikonsumsi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2017 dalam laporannya menyebutkan, secara global hampir 1,7 miliar kasus diare pada anak terjadi setiap tahun. Bahkan, diare telah tercatat membunuh sekitar 525.000 anak berusia di bawah lima tahun setiap tahun karena kurangnya air bersih yang memadai.
Fachmi menegaskan bahwa kebutuhan terhadap air bersih harus menjadi perhatian semua pihak. Mengingat, kebutuhan terhadap air bersih ini terus meningkat seiring dengan perubahan perilaku masyarakat pasca pandemi Covid-19, khususnya terkait dengan mencuci tangan dan mandi.
Meski demikian, kebutuhan yang meningkat selama pandemi ini tidak diiringi dengan pemerataan akses air bersih, fasilitas sanitasi yang memadai, dan promosi kesehatan.
Oleh karena itu, PP PMI dengan sejumlah pihak terus berupaya mengatasi persoalan ini dengan menerapkan program air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) dalam keadaan darurat dan pemberdayaan masyarakat dalam situasi normal.
Aspek pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam mengatasi persoalan air bersih dan sanitasi. Oleh karenanya, pihak PMI terus melakukan pemberdayaan dengan dukungan dari donatur maupun pihak ketiga untuk mengatasi krisis air bersih.
Semoga semua kegiatan yang dilakukan PMI dapat berjalan baik ya Sobat, demi pemerataan akses air bersih bagi saudara kita yang belum mendapatkannya.
