AIRKAMI.ID, Krisis air bersih di Ibu Kota Jakarta menjadi permasalahan yang belum terpecahkan sepenuhnya. Persoalan ini dipicu oleh sejumlah faktor, mulai dari pertumbuhan populasi, tercemarnya sungai dan danau, hingga perubahan pola hujan akibat perubahan iklim.
Bukan rahasia umum lagi, dampak dari sejumlah faktor di atas menyebabkan banyak warga Jakarta mengalami krisis air bersih. Hal ini dapat dilihat dari data dari PAM Jaya tahun 2022, saat ini kebutuhan air bersih di Jakarta mencapai 24 ribu liter per detik, sementara kapasitas produksi PAM Jaya hanya sebesar 20 ribu liter per detik.
Melihat data tersebut, dapat disimpulkan Jakarta defisit kebutuhan air bersih sekitar 4 ribu liter per detik. Apabila tidak ada penambahan kapasitas produksi atau pasokan air curah, defisit ini akan semakin meningkat dan Jakarta akan mengalami krisis air bersih parah.
Di sisi lain, berdasarkan laporan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2022, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap layanan sumber air minum layak dan berkelanjutan mencapai sekitar 97,93 persen, sedangkan cakupan layanan air bersih hanya sekitar 65,41 persen.
Artinya, sekitar 30 persen tercatat masih menggunakan air tanah. Fakta ini menjadi penting untuk ditangani lantaran tingginya penggunaan air tanah menjadi salah satu penyebab utama terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence) di Jakarta..
Dalam rangka menanggulangi persoalan tingginya penggunaan air tanah, Badan Geologi beserta KPK, PAM Jaya dan Pemda DKI Jakarta sedang melakukan program langkah penyelamatan air tanah guna menjaga sumber daya air di Jakarta.
Selain itu, untuk mengatasi persoalan krisis air bersih di Jakarta paling tidak sebagai pihak pengelola air bersih PAM Jaya dengan dukungan Pemprov DKI Jakarta harus mampu meningkatkan kapasitas produksi air bersih, termasuk kemungkinan memanfaatkan sungai dan danau yang ada untuk dijadikan sumber air bersih.
