
Memanen air hujan adalah teknik mengumpulkan dan menampung air hujan ke dalam tangki atau waduk. Air hujan dialirkan melalui pipa penghubung yang dipasang di atap-atap rumah menuju tempat penampungan di bawahnya. Selanjutnya air akan dialirkan ke bak pengambilan air.
Seperti yang dilakukan sebuah komunitas di Dusun Tempursari, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman ini. Mereka menggalakkan kampanye memanen air hujan.
“Latar belakang dari keprihatinan terhadap krisis air bersih,” ujar Sri Wahyuningsih, pendiri Komunitas Banyu Bening.
Kampanye memanen air hujan sudah dilakukan sejak 2012. Prinsipnya sederhana. Bagaimana caranya supaya air hujan yang turun tidak sia-sia terbuang dan meresap kembali ke tanah.
Memanen air hujan bisa dilakukan dengan dua cara, yakni manual dan membangun instalasi penyaringan air.
Yu Ning, sapaan akrab Sri Wahyuningsih, menuturkan menampung air hujan secara manual ada aturannya. Prosesnya bisa menggunakan panci, ember, atau wadah lainnya, tetapi air hujan yang turun tidak bisa langsung ditampung.
Setidaknya butuh waktu 15 sampai 20 menit setelah hujan turun, baru proses penampungan manual bisa dilakukan.
Baca Juga : Alat Pemanen Hujan Ini Jadi Solusi Atasi Krisis Air Bersih
“Supaya polutan yang terbawa air hujan mengendap dan yang tertampung sudah bebas dari polusi,” ucap Yu Ning.