Akses air bersih di Indonesia masih tergolong kategori buruk. Dalam situasi normal mungkin dampaknya tidak begitu besar, namun akses air yang masih rendah ini menjadi masalah serius saat krisis air semakin nyata. Perlu adanya terobosan kebijakan untuk menyikapi krisis air yang sudah di depan mata.
Belum lama ini, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono memperingatkan potensi ancaman krisis air di dunia. Pemicu utamanya adalah tingginya permintaan air, sementara ketersediaan air semakin menipis akibat perubahan iklim.
Ketersediaan air bersih masih menjadi persoalan penting di Indonesia yang sepenuhnya belum terpecahkan. Sekarang ini masih banyak masyarakat di Tanah Air yang kekurangan air bersih layak dan aman.
Menurut data Kementerian PPN/Bappenas, saat ini sebaran akses air minum perpipaan nasional baru mencapai angka 21 persen dengan 19 provinsi masih mempunyai akses di bawah rata-rata nasional.
Rendahnya akses air minum perpipaan nasional harus menjadi perhatian pemerintah, terutama pemerintah daerah. Solusi yang bisa diterapkan bisa dengan bekerja sama menggandeng PDAM setempat demi meningkatkan cakupan akses air bersih.
Ancaman krisis air bersih yang nyata ini menuntut pemerintah, baik pusat maupun daerah harus mempunyai kebijakan yang komprehensif serta adanya dukungan anggaran yang besar.
Baca Juga 3 Fakta Buruknya Kualitas Air di Indonesia
Strategi Kementerian PUPR untuk membangun banyak bendungan di Indonesia sudah tepat. Lebih jauh dari itu, harus diikuti dengan pembangunan jaringan air pipa yang bisa sampai ke rumah warga agar tak lagi kesulitan untuk mendapat air bersih.
Jika akses air minum perpipaan semakin membaik, maka dampak krisis air bersih secara relatif tidak perlu dikhawatirkan. Hanya saja, ketersediaan sumber air bersih dari bendungan harus tetap dijaga dengan tetap melestarikan lingkungan.
