Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sebanyak 74 persen rumah tangga di Indonesia memiliki akses air minum yang tercemar bakteri escherichia coli (E.coli) pada 2021. Bakteri ini biasanya bersumber dari pengelolaan tinja yang tidak aman.
Air minum yang terkontaminasi E.coli tentu tidak dapat disepelekan karena bisa menyebabkan penyakit seperti meningitis, infeksi saluran kemih, diare, hingga kematian balita. Sanitasi menjadi faktor penting untuk menjaga air tetap bersih.
Padahal air untuk minum merupakan kebutuhan terpenting bagi makhluk hidup. Karena air menjaga kadar cairan tubuh, membantu mengendalikan asupan kalori tubuh, menjaga kesegaran kulit dan melancarkan peredaran darah.
Pada 2021 Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum layak sekitar 90 persen. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses air minum layak semakin meningkat dalam satu dekade terakhir.
Maka akses air minum layak merupakan salah satu infrastruktur dasar untuk mendorong kualitas kesehatan masyarakat. Selain infrastruktur dasar juga akses terhadap sanitasi layak.
Untuk mewujudkan air bersih dan sanitasi layak, perlu dibuat strategi:
- Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi.
- Menyediakan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran dan investasi.
- Menyelenggarakan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat.
- Meningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi.
- Meningkatkan peran rencana tata ruang sebagai pedoman dalam pemanfaatan ruang provinsi.
- Meningkatkan penyediaan dan kualitas layanan infrastruktur strategis.
Demikianlah cara mengatasi pencemaran sumber air rumah tangga di Indonesia. Semoga kita semua bisa melakukannya ya demi terpenuhinya sumber air bersih dan layak.
